Tragis Cinta Jaman Kerjaan Yang Menyedihkan
dunialain.xyz, KISAH asmara para keluarga kerajaan kuno sebetulnya senantiasa menarik untuk dibahas. Ada yang dikutuk jadi arca, tersedia pula yang mati akibat perang. Berikut adalah kisah cinta bagian keluarga kerajaan di Nusantara dengan akhir memilukan.
1. Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka
Kisah tragis percintaan Raja Majapahit, Hayam Wuruk dengan Putri Raja Sunda, Dyah Pitaloka Citraresmi telah terlalu melegenda. Akhir kisah cinta tragis inilah yang menyebabkan berlangsung Perang Bubat pada Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Sunda. Melansir Sindonews (Senin, 13 September 2021), Hayam Wuruk naik takhta di tahun 1350 waktu usianya baru menginjak 17 tahun. Setahun setelahnya, ia bermaksud mempersunting Dyah Pitaloka. Kerajaan Sunda menyetujui hal itu, gara-gara memandang bahwa pernikahan ini bukanlah langkah untuk merebut lokasi dan kekuasaan Kerajaan Sunda.
Namun, Mahapatih Gajah Mada menganggap lain. Dia mendesak Kerajaan Sunda untuk menyerahkan Dyah kepada pihak Majapahit, sebagai upeti supaya tunduk kepada Majapahit. Pihak Kerajaan Sunda pun menolak, sampai menyebabkan pecahnya Perang Bubat. Tidak tersedia satu pun bagian kerajaan yang selamat dari moment ini, juga Putri Dyah Pitaloka.
2. Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso
Putri Kerajaan Baka atau Prambanan, Roro Jonggrang, juga dikenal bakal kisah cintanya dengan ksatria asal Kerajaan Pengging bernama Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang adalah gadis yang terlalu cantik dan jadi incaran para pangeran. Kala pertempuran pada Kerajaan Baka dan Pengging pecah, Bandung Bondowoso jadi andalan dengan dibantu pasukan jinnya. Ia pun berhasil masuk dan menaklukkan kerajaan Baka. Tak berapa lama, Bandung Bondowoso jadi Raja Baka. Saat itulah ia memandang Roro Jonggrang dan segera jatuh hati.
Lamaran Bandung Bondowoso tidak serta merta diterima Roro Jonggrang. Gadis cantik itu tahu, kecuali pria yang jatuh hati kepadanya adalah sosok yang kejam. Maka dari itu, ia meminta Bandung Bondowoso untuk memenuhi permintaannya.
Roro Jonggrang menemui Bandung Bondowoso dan menyatakan bahwa ia mengidamkan dibuatkan seribu candi dan 2 sumur mata air di dalam waktu semalam saja. Dirinya percaya bahwa Bandung Bondowoso tidak bakal mampu menjalankannya. Namun, ternyata ia menyanggupi dan berjanji bakal memenuhi keinginan Roro Jonggrang. Tak mengidamkan hal itu terjadi, Roro Jonggrang mengecoh pasukan jin yang bekerja untuk Bandung Bondowoso.
Ia menyuruh para dayang untuk membakar jerami dan membunyikan lesung. Sontak, ayam-ayam pun terbangun dan berkokok. Mengetahui hal itu, pasukan jin pergi gara-gara mengira hari telah pagi. Bandung Bondowoso yang paham kelicikan Roro Jonggrang itu murka dan mengutuknya jadi arca.
Kisah cinta tragis lainnya juga pernah menimpa bagian keluarga kerajaan Majapahit, Dyah Wiyat. Dyah adalah raja bawahan bergelar Rajadewi Maharajasa Bhre Dara. Dia juga jadi bagian dewan pertimbangan raja, yang sebetulnya diisi oleh para keluarga kerajaan. Ia disebut sebagai putri raja dengan kedudukan sosial tinggi.
Namun, tersedia seorang tabib kerajaan bernama Ra Tanca yang menyimpan hati kepadanya. Tanpa memandang status sosial, Dyah Wiyat membalas cinta Ra Tanca. Padahal, ia adalah rakyat biasa. Cinta keduanya tidak berlangsung mulus dan mendapat banyak tentangan dari bagian keluarga kerajaan lainnya.
Sadar kehadirannya tidak diinginkan, Ra Tanca mengambil keputusan untuk menikahi wanita lain kendati hatinya tetap mencintai Dyah Wiyat.
Dyah sesudah itu dijodohkan dengan lelaki yang sebetulnya punyai status sosial setara dengannya bernama Raden Kudamerta. Dyah merasa terlalu tersiksa, gara-gara menikahi pria yang tidak dicintainya. Apalagi, Dyah Wiyat paham bahwa suaminya telah punyai istri bernama Dyah Menur.