Kisah Keluarga Penguasa Mataram Terpecah

Kisah Keluarga Penguasa Mataram Terpecah

Kisah
Kisah Keluarga Penguasa Mataram Terpecah

dunialain.xyz – Pangeran Purbaya terlibat konflik dengan keponakannya Raja Mataram. Saat itu sang penguasa Mataram telah memerintahkan untuk laksanakan pembunuhan besar-besaran ulama serta keluarganya. Saat itu, Purbaya risau apabila ulah keponakannya itu berdampak akan datangnya malapetaka di Kesultanan Mataram.

Pangeran Purbaya pun lantas tak menghadap ke istana tanpa pemberitahuan apa-pun ke sultan. Kekhawatirannya ditangkap oleh Sultan Amangkurat I sebagai anggota dari memberontak.

Maka Sultan Mataram ini diam-diam memperkuat dirinya, sebab banyak sekali anak buah serta anak cucunya, yang sepenuhnya 50 orang, dan kawan-kawannya yang berkedudukan.

Putra Pangeran Purbaya yaitu Raden Mas, yang terhitung orang kepercayaan raja pun mulai risau dengan ulah sang ayahnya. Dikisahkan terhadap “Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I”, dari H.J. De Graaf, telah pasti Sunan tidak mulai suka menghadapi situasi itu. Ia mulai risau kalau-kalau berlangsung kerusuhan.

Oleh sebab itu, dikirimnya Raden Mas ulang kepada ayahnya dengan pesan bahwa Pangeran Purbaya mempunyai alasan untuk tidak ulang ada di Istana sebab ia (Tegalwangi) di dalam laksanakan pekerjaan besar ini (pembunuhan secara besar-besaran yang baru lalu) tidak berembuk terlebih dahulu dengannya (Purbaya).

Sultan Amangkurat I pun akan mengunjunginya keesokan harinya untuk memberikan maaf, dan memerintahkan putranya itu agar selalu dengan ayahnya untuk dapat mendukung menghormati para tamu. Tetapi sang putra Raden Mas, yang dapat menangkap artinya menolak.

Namun sekali ulang sang anak menolak, sebab ia berasumsi bukan abdi ayahnya, melainkan abdi Sultan Amangkurat I. Dimana hidup serta matinya berada di tangan Sunan. Raja memerintahkan kepadanya agar taat, kecuali tidak rela terkena murka Raja.

Lalu ditariknya semua anak buahnya, dan disuruhnya pergi kepada ayahnya, dan dikumpulkannya tidak kurang dari 200.000 orang dan segala kekuatan dari kawan- kawannya semua, untuk datang ke pamannya, Purbaya. Orang tua ini tidak menjadi goyah untuk menghadap ke istana.

Selanjutnya dikirimnya putranya ulang kepada Sultan untuk membuktikan rasa terima kasihnya atas kehormatan yang sebenarnya tidak patut diberikan kepadanya itu. Ia, Raden Mas, kudu selalu mengabdi kepada Raja, sebab ia, Purbaya, memadai pintar untuk terima atasannya dengan cara yang semestinya.

You May Also Like

More From Author