Pembantaian di Negara Bagian Kayah Myanmar

dunialain.xyz – Militer Myanmar dilaporkan membakar lebih berasal dari 30 warga sipil beserta kendaraan mereka terhadap 24 Desember 2021, sebabkan warga setempat di Negara Bagian Kayah merasa ketakutan.
Melansir berasal dari Al Jazeera, Pray Meh terbangun oleh suara drone yang terbang di atas desanya di kota Hpruso di Negara Bagian Kayah bagian tenggara Myanmar. Sejak bentrokan pada pasukan anti-kudeta dan militer meletus terhadap bulan Mei di th. itu, desingan drone udah jadi suara yang akrab.
Pray Meh, yang berasal berasal dari group etnis Karenni yang mayoritas beragama Kristen, tinggal di sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. Biasanya, ia merayakan Natal bersama komunitasnya.
Namun, sehabis kudeta militer terhadap 1 Februari dan meningkatnya konflik bersenjata, impuls untuk merayakan turun, apalagi di negara di mana sekitar setengah penduduknya adalah umat Kristen. Pray Meh memiliki rencana untuk pergi ke gereja terdekat dan berdoa untuk perdamaian.
Namun, sebelum ia apalagi mampu sarapan terhadap malam natal, ia wajib membatalkan rencana tersebut.
“Saya menerima telephone bahwa tentara bakal masuk ke desa,” ujarnya kepada Al Jazeera. “Saya berhenti memasak dan merasa membungkus lebih dari satu baju untuk melarikan diri.”
Di tengah hari, kabut asap muncul, dan juga desas-desus perihal tindakan militer yang sebabkan kematian warga merasa menyebar. Pray Meh berlindung di desa terdekat, penuh kecemasan, menanti informasi yang lebih jelas.
“Saya tidak mampu memperoleh informasi apa pun malam itu. Satu-satunya yang aku mengetahui adalah bahwa tersedia asap tebal,” kenangnya.
Keesokan paginya, terhadap Hari Natal, kekuatiran terbesarnya jadi kenyataan, militer udah membakar lebih berasal dari 30 warga sipil beserta kendaraan mereka, supaya jenazah yang terbakar tidak mampu diidentifikasi.
“Ketika aku mendengar berita itu, aku merasa layaknya tidak memiliki kekuatan dan seluruh tubuh aku tengah roboh. Tulang-tulang aku melemah,” ungkap Pray Meh.
“Kami tidak mampu bahagia di Hari Natal.”
Pembantaian Warga Sipil Tak Bersalah
Setelah bertahan selama lebih dari satu bulan hadapi serangan mematikan berasal dari militer terhadap protes damai, warga sipil merasa menambah perlawanan bersenjata sejak bulan Mei. Beberapa berhimpun bersama group etnis bersenjata yang udah ada, saat yang lain membentuk pasukan anti-kudeta baru.
Menurut Assistance Association for Political Prisoners, yang memantau situasi di Myanmar, setidaknya 1.382 orang udah tewas sejak kudeta terhadap 1 Februari. Lebih berasal dari 11.200 pengunjuk rasa pro-demokrasi udah ditangkap di dalam periode yang sama.
Di Negara Bagian Kayah dan lokasi tetangga di selatan Negara Bagian Shan, Pasukan Pertahanan Kewarganegaraan Karenni (KNDF), yang terdiri berasal dari lebih dari satu group bersenjata baru, dan Tentara Karenni, sebuah organisasi pemberontak bersenjata etnis, udah manfaatkan taktik perang non-tradisional di dalam perlawanan mereka terhadap kapabilitas militer.
Sebagai respons terhadap perlawanan bersenjata di seluruh negeri, juga di Kayah dan selatan Shan, militer melancarkan serangan udara, pembakaran, tembakan, dan penggunaan senjata secara sembrono terhadap komunitas, sambil menghalangi akses warga sipil ke kebutuhan pokok.
Mereka mengikuti trick “four cuts” yang udah mereka terapkan selama bertahun-tahun untuk menghancurkan basis pertolongan group bersenjata etnis.
Data yang disatuka oleh Jaringan Masyarakat Sipil Karenni tunjukkan bahwa hingga 19 Desember, lebih berasal dari 150.000 warga sipil udah mengungsi di selama Negara Bagian Kayah dan distrik Pekon di selatan Negara Bagian Shan.
Konfrontasi Mematikan di Kota Hpruso
Pertempuran meningkat di kota Hpruso dan lokasi lain di Negara Bagian Kayah terhadap 22 Desember, menurut juru bicara KNDF yang bicara bersama Al Jazeera secara anonim.
Pagi tanggal 24 Desember, pasukan KNDF berhasil menghentikan konvoi militer menuju kota Hpruso. Dalam konfrontasi selama lebih berasal dari empat jam, militer membakar kendaraan dan menangkap 10 warga sipil, sesuai pernyataan resmi KNDF.
Empat bagian unit bersenjata lokal berupaya bernegosiasi bersama militer untuk melewatkan warga sipil yang ditahan. Namun, bukannya dibebaskan, mereka tambah diikat dan ditembak di kepala oleh militer, sesuai pernyataan KNDF.
Juru bicara KNDF kepada Al Jazeera mengemukakan dugaan bahwa militer barangkali membunuh keempat pria itu untuk “menghilangkan saksi.”
Malam itu, KNDF membagikan foto keempat pria berikut di halaman Facebook mereka. Pada pagi Natal, mereka juga merilis lebih banyak foto jenazah yang terbakar, menuding militer udah membakar 35 warga sipil, juga perempuan dan anak-anak, menyebutnya sebagai “pembantaian warga sipil yang tidak bersalah.”