Pembunuh Berantai yang Juga Seorang Kanibal

Pembunuh Berantai yang Juga Seorang Kanibal

Pembunuh
Pembunuh Berantai yang Juga Seorang Kanibal

dunialain.xyz – Pembunuhan berantai merupakan moment yang udah berlangsung sejak lama terhadap sebagian peradaban manusia. Para pembunuh kejam yang mengintai di sekitar masyarakat, meski mengilhami ketakutan, ikut membawa dampak rasa menginginkan tahu yang tak tertahankan.

Sungguh tak terkira apa yang bisa dijalankan oleh para penjagal berantai. Ditambah ulang mengingat tendensi ‘predator’ yang dimiliki, serta ketidakmampuan mereka untuk merasakan penyesalan atas tindakan yang dilakukan.

Dari berbagai ciri tersebut, ada satu karakteristik yang tak biasa dan semakin meningkatkan kengerian penduduk terhadap sejumlah pembunuh berantai, yakni mereka yang ikut terlibat didalam tindakan kanibalisme.

Mereka, para pembunuh dengan karakteristik kanibalisme, mengonsumsi bagian tubuh korban yang mereka bunuh atas berbagai alasan. Sebagian ada yang didasari atas hasrat obsesif-kompulsif, sebagian bahkan ada yang dipicu atas alasan yang lebih remeh-temeh — hanya sebab menginginkan atau penasaran.

Dari berbagai contoh, berikut, 4 pembunuh berantai yang juga seorang kanibal berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti dikutip The Listverse, Selasa (19/12/2017).

1. Peter Bryan

Sebagai pembunuh berantai, Peter Bryan hanya membunuh tiga orang. Namun selamanya saja, kejahatan yang ia jalankan selamanya mengerikan.

Pada 1993, Bryan membunuh seorang penjaga toko muda, Nisha Sheth di London. Ia kemudian mengakui perbuatannya kepada aparat setempat.

Namun, setelah melalui berbagai pemeriksaan, Bryan dinyatakan mengidap skizofrenia, sehingga perbuatannya tak layak untuk dipertanggungjawabkan secara hukum.

Aparat pun pada akhirnya memastikan Bryan untuk mendapatkan perawatan klinis di Rumah Sakit Broadmoor, Berkshire.

Setelah sebagian tahun menekuni perawatan psikiatri, dokter memastikan bahwa Bryan bisa ulang ke penduduk dengan syarat, ia perlu berada di didalam pengawasan jangka panjang aparat.

Namun tak dinyana, terhadap periode tersebutlah, Peter Bryan ulang jalankan aksi kejamnya.

Ia dilaporkan membunuh, memasak dan memakan temannya yang bernama Brian Cherry.

Saat polisi hendak menangkap Bryan, si penjagal itu menyebutkan kepada aparat, “Saya makan otaknya dengan mentega dan itu terlampau lezat.”

Ia ulang dijebloskan ke Rumah Sakit Broadmoor. Dua bulan kemudian, selagi tengah dirawat di Broadmoor, Bryan membunuh korban ketiganya, sesama pasien bernama Richard Loudwell berusia 60 tahun.

Pada persidangan Maret 2005, Bryan mengaku bersalah atas pembunuhan dan mengklaim dirinya sebagai seorang kanibal.

Namun, sebab ia menderita paranoid skizofrenik, penegak hukum memastikan Bryan untuk selamanya mendapat perawatan di Rumah Sakit Broadmoor.

2. Jeffrey Dahmer

Jeffrey Dahmer, berasal dari Milwaukee, Amerika Serikat merupakan tidak benar satu pembunuh berantai sekaligus kanibal yang paling terkenal.

Antara tahun 1978 – 1991, Dahmer mengklaim udah membunuh 17 orang remaja dan bocah laki-laki.

Sebelum jalankan aksinya, modus operandi yang biasa dijalankan Dahmer adalah mengimbuhkan korbannya obat penenang, kemudian mencekik mereka hingga tewas.

Jenazah para korban biasanya sering dimutilasi dan dikonsumsi oleh Dahmer.

Pada sebuah penggerebekan di kediaman Dahmer, polisi menemukan sejumlah potongan tubuh korban yang tersimpan di didalam lemari es dan sebagian tong.

Ketika dicek oleh polisi, Dahmer mengaku, “Memakan bagian tubuh (korban) sebagai cara untuk menaruh mereka (para korban) selama-lamanya di didalam tubuh saya.”

Saat ditanya tentang proses dirinya jadi seorang kanibal, Dahmer mengatakan, “Awalnya hanya penasaran, coba-coba. Tapi lama-kelamaan, itu semua jadi kompulsif”.

Oleh penegak hukum, Dahmer dijatuhi hukuman seumur hidup terhadap 1991.

Tiga tahun kemudian, tepatnya terhadap 28 November 1994, Dahmer tewas dibunuh oleh Christopher Scarver, sesama narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Columbia, Wisconsin, Amerika Serikat.

3. Arthur Shawcross

Arthur Shawcross, dengan kata lain ‘Penjagal berasal dari Genesee River’ membunuh 14 orang pada tahun 1972 – 1989.

Ia mengawali pembunuhannya dengan menjagal dua anak di Negara Bagian New York. Atas perbuatannya, Shawcross kemudian dipenjara.

Namun, ia mendapat bebas bersyarat. Dan tak dinyana, selama era bebas itu, Shawcross mengawali pembunuhan berantainya.

Akhirnya, terhadap 1990, setelah sebelumnya membunuh 10 pekerja seks komersial, Shawcross ditangkap dan diadili oleh penegak hukum.

Saat pemeriksaan dan pengadilan, Shawcross mengaku bahwa ia udah memotong-motong tubuh sejumlah korbannya dan memakan mereka. Bahkan, ia sempat mengaku dulu mengonsumsi tidak benar satu bagian kelamin berasal dari sebagian korbannya.

Oleh penegak hukum, ia dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa diberikan kesempatan untuk bebas bersyarat. Pada 2008, Shawcross meninggal di Albany Medical Center dan masih berstatus sebagai narapidana.

4. Andrey Chikatilo

Hari itu, 20 November 1990, kegelisahan warga Rostov, Rusia setidaknya terasa terhenti. Si pria bengis Andrey Chikatilo pada akhirnya ditangkap Kepolisian Rusia. Ia merupakan pembunuh berantai dan kanibal yang udah menghabisi nyawa sekitar 53 orang didalam kurun selagi 12 tahun.

Seperti dimuat Russiapedia, 53 korban berasal dari Chikatilo yang dijuluki “The Butcher of Rostov” berikut terdiri berasal dari 21 bocah laki-laki, 14 bocah perempuan dan 18 wanita dewasa yang tewas dibunuh di sekitar kawasan Rostov.

Pembunuhan pertama Chikatilo dijalankan terhadap seorang bocah perempuan berusia 9 tahun di rumah pelaku terhadap tahun 1978. Saksi mata memandang pelaku dan korban di luar rumah, sebelum akan pada akhirnya sang bocah dinyatakan menghilang. Sementara istri pelaku, membantu Chikatilo bebas berasal dari tuduhan dengan sejumlah kesaksian palsu kepada polisi.

Chikatilo melanjutkan aksi sadisnya terhadap sejumlah korban. Dari tahun 1978 hingga tahun 1983, ia udah jalankan 7 kali pembunuhan.

Sementara itu, awal tahun 1984, seorang pemuda bernama Aleksandr Kravchenko yang dieksekusi mati sebab terbukti jalankan pemerkosaan. Eksekusi mati membawa dampak Chikatilo takut dan ‘tobat’ untuk sementara.

Tak lama, baru sebagian bulan, Chikatilo kambuh, melanjutkan aksi pembunuhannya. Terhitung hingga akhir tahun 1984, ia udah membunuh 15 orang. Polisi terhadap pada akhirnya berhasil menangkap pria tersebut. Namun didalam penyelidikan, aparat tak berhasil menemukan bukti yang kuat, meskipun Chikatilo selamanya dikurung penjara sekitar 3 bulan.

Saat udah bebas berasal dari penjara, Chikatilo melanjutkan aksinya. Membunuh, memutilasi dan menyembunyikan potongan jasad korban. Modus pembunuhan terakhir yang dijalankan si penjagal yakni dengan mengincar orang-orang yang berada di kereta api.

Polisi kemudian memfokuskan penyelidikan dan usaha penangkapan terhadap Chikatilo dengan menjaga ketat stasiun kereta api. Juga berpatroli menyamar dengan memanfaatkan busana preman di didalam kereta. Awal November, seorang detektif berhasil menemukan Chikatilo datang berasal dari hutan dengan adanya bekas darah di pipinya, serta luka parah terhadap jarinya.

Aparat kemudian menghentikan dan memeriksanya. Namun sebab tidak miliki lumayan bukti, polisi membiarkan Chikatilo.

Keesokan harinya, seorang pejalan kaki menemukan mayat seorang gadis di hutan yang serupa sewaktu Chikatilo terlihat. Polisi masih belum bisa menangkap sebab tak menemukan bukti yang kuat. Pada akhirnya, 20 November 1990, polisi memergoki Chikatilo tengah berusaha keras menjerat korbannya, seorang anak muda. Aparat segera menangkap Chikatilo.

Chikatilo disidang dan dinyatakan bersalah udah jalankan pembunuhan lebih berasal dari 30 kali dengan korban sekitar 50 orang. Ia dieksekusi mati dengan tembakan peluru yang menghunus bagian belakang kepalanya, terhadap 14 Februari 1994.

You May Also Like

More From Author