Warga Gaza Pertanyakan Kenapa Dunia Tak Bisa Hentikan Mesin Pembunuh Israel

dunialain.xyz – Warga Palestina mengupayakan membenahi kembali sarana tinggal mereka meski serbuan Israel belum kunjung berhenti. sedangkan ada satu perihal yang menghambat mereka, layaknya dikatakan sejumlah warga antara CNN, Rabu (9/10/2024) yakni perasaan was-was mencari orang-orang paling dekat mereka di pada reruntuhan bangunan.
Setidaknya datang 10 ribu orang hilang dan dipercayai tewas tertimbun di bawah puing-puing bangunan di Gaza. Seorang akademisi dan ibu berasal dari Kora Gaza, Abeer Barakat mengaku masih tersiksa dengan kenangan mencari empat orang keponakannya yang terbunuh oleh tentara Israel kala berlangsung serangan di Gaza utara di Al-Ansar antara 9 Juli 2024.
“Ketika aku mendapatkan suamiku dan keluargaku yang lainnya sudah terbujur kaku di bawah puing-puing, tubuh mereka udah hancur berkeping-keping,” kenangnya.
“Ketika kita mengingat sata tubuh mereka masih utuh dan menjadi hancur maka pemandangan itu dapat senantiasa terbayang dalam pikiran kita Tiga malam sesudah mereka semua terbunuh, saya konsisten memimpikan mereka,” sambungnya. “Putraku ikut menolong proses evakuasi mayat keluarga kita Dia juga menjadi patah hati sebab sepupu mereka telah seperti adik dan kakaknya. Dia memanglah terpukul.”
Barakat mengaku senantiasa menangus tiap kali melihat orang-orang yang dikenalnya tewas atau kehilangan keluarganya. Ia dapat menangis terisak sampai mulai sakit sampai ke perutnya.
“Aku terus tanya kenapa hal ini menimpa kami Bagaimana dapat semua dunia tidak dapat menghentikan mesin pembunuh (Israel)?” tanyanya. “Jangan biarkan kita hilang tanpa bekas atau tanpa jejak, dan jangan sampai darah kami kering bersama dengan sia-sia,” pungkasnya.
Anak-Anak Terbunuh dan Kehilangan bagian Tubuh
Satu th. lantas tepat tanggal 7 Oktober, Israel memulai agresinya, atau lebih tepatnya disebut genosida di jalur Gaza usai serangan mendadak milisi Hamas yang menembakkan roket ke Israel. Setahun sehabis agresi yang masih terjadi hingga kini, hampir 42 ribu nyawa melayang.
Setidaknya 16.756 anak Palestina terbunuh, kuantitas tertinggi anak-anak yang tercatat dalam satu th. konflik selama dua dekade terbaru Lebih berasal dari 17.000 anak kehilangan keliru satu atau ke dua orang tuanya.
Meskipun ada kecaman global dan permohonan dari organisasi internasional dan kelompok hak asasi manusia, Israel terus melanjutkan serangan tanpa pandang bulu yang sudah menebar teror di antara orang-orang di Gaza dan membunuh seluruh keluarga Palestina berasal dari beraneka generasi.
Menurut PBB, tiap-tiap hari 10 anak kehilangan satu atau kedua kakinya, dan operasi dan amputasi dilakukan dengan sedikit atau tanpa anestesi gara-gara pengepungan Israel tetap terjadi selain korban tewas dan luka-luka, lebih berasal dari 10.000 orang dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan.
Dengan langkanya peralatan untuk mencuci puing-puing dan menyelamatkan mereka yang terjerat di bawah beton, para relawan dan pekerja pertahanan sipil sekedar mengandalkan tangan kosong. Diperkirakan 75 ribu ton bahan peledak udah dijatuhkan di Gaza.
Para pakar memperkirakan dibutuhkan sementara bertahun-tahun, paling cepat delapan th. untuk membersihkan puing-puing yang berjumlah lebih berasal dari 42 juta ton, yang juga penuh dengan bom yang belum meledak. seumpama tentara Israel masih konsisten melancarkan aksi genosida mereka, maka saat untuk pemulihan akan jadi lama lagi.
Penderitaan Warga Gaza
Sementara Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini menjelaskan perang brutal sepanjang 12 bulan telah mengubah jalur Gaza jadi lautan reruntuhan dan kuburan bagi puluhan ribu orang, mayoritas anak-anak.
“Setahun sudah berlalu dan tidak ada hari tanpa keluarga-keluarga di Gaza mengalami penderitaan yang tak bakal diungkapkan, sebab pengungsian paksa, penyakit, kelaparan, dan kematian sudah menjadi norma sehari-hari bagi dua juta orang yang teperdaya di daerah kantong yang diisolasi dan dibombardir tersebut,” kata Lazzarini melewati unggahan di Twitter atau X, Rabu.
“Di Gaza, warga sipil konsisten menjamin beban perang. Lebih dari 220 bagian tim UNRWA terbunuh: jumlah kematian tertinggi di dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa,” tambahnya. Dia tekankan bahwa anak-anak mulai pihak pertama dan yang paling menderita.
“Selain pembunuhan dan luka, semua anak di Gaza mengalami trauma, dan banyak yang memiliki bekas luka tak kasat mata seumur hidup. Lebih dari 650.000 anak kehilangan setahun ulang untuk studi Alih-alih berada di kelas, mereka perlu memilah-milah reruntuhan dengan rasa takut dan putus asa,” ungkapnya.
Desakan Gencatan Senjata
PBB dan beberapa organisasi kemanusiaan internasional pada Senin, 7 Oktober 2024 memperingati setahun pecahnya konflik Gaza yang sedangkan terjadi dengan menyerukan gencatan senjata sesegera barangkali dan mengintensifkan usaha kemanusiaan di lokasi tersebut.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyoroti efek jelek dari konflik tersebut Menurut Penjabat Koordinator bantuan Darurat PBB Joyce Msuya, krisis kemanusiaan itu sebagai “tidak terbayangkan.”
Dalam pernyataannya, OCHA memerinci beraneka konsekuensi bencana berasal dari operasi militer Israel di Gaza, yang sudah mengundang lebih berasal dari 41.600 warga Palestina meninggal dunia dan memaksa hampir seluruh penduduk perlu mengungsi. Msuya mendesak masyarakat internasional untuk menekan semua pihak yang terlibat agar mematuhi hukum humaniter internasional, memastikan pembebasan sandera, membuat perlindungan warga sipil, dan menanggung keselamatan para pekerja kemanusiaan.
Lazzarini memperingatkan bahwa penghancuran infrastruktur sangat penting di Gaza udah meraih tingkat yang benar-benar parah Dia penambahan bahwa lebih dari dua pertiga bangunan UNRWA di Gaza sudah hancur dan tidak akan digunakan dan beberapa besarnya dimanfaatkan untuk pengungsian di bawah bendera PBB.