Di Balik Penjara ‘Mesin Pembunuh’ Paling Mematikan
dunialain.xyz – Unit Hukuman Mati (Death Row) terbesar di Amerika Serikat (AS) terdapat di penjara San Quentin di California. Tempat ini jadi tempat terakhir para penjahat paling kejam meregang nyawa.
Termasuk ‘Night Stalker‘ Richard Ramirez dan pembunuh berantai populer Charles Manson.
Mirror melaporkan “arena”, julukan dari para narapidana atau napi, adalah penjara tertua di California dan hukuman mati terbesar di AS, tempat 421 napi sudah dieksekusi dengan gas, jerat atau jarum suntik sejak 1893.
Seperti biasanya tempat lain di AS, eksekusi di penjara sekarang cuma ditunaikan dengan suntikan mematikan.
Saat ini, unit selanjutnya punyai 737 napi yang secara tehnis masih berada di bawah ancaman hukuman mati, tetapi tengah dipindahkan dari sel terkutuk San Quentin ikuti perintah eksekutif Gubernur Gavin Newsom.
Dia menghentikan waktu eksekusi di California, yang berarti narapidana layaknya pembunuh istri Scott Peterson akan dipindahkan ke populasi penjara umum dan tidak akan menghadapi kematian sepanjang Newsom jadi gubernur.
San Quentin pertama kali menyebabkan nama tanpa ampun untuk dirinya sendiri pada tahun 1893, kala yang pertama dari 215 tahanan digantung dari tiang gantungannya.
Sejak itu, orang-orang layaknya Charles Manson sudah mengintai lorong-lorongnya, serta William Bonin yang membunuh setidaknya 21 pria dan anak laki-laki.
Pembunuh ‘Night Stalker’ Ramirez dikurung di sel tak kenal ampun sesudah dia dihukum gara-gara memperkosa, menyiksa dan membunuh setidaknya 13 orang.
Dia termasuk dihukum gara-gara sodomi, persetubuhan lisan, perampokan dan percobaan pembunuhan dan dijatuhi hukuman mati pada 1989.
Namun, Ramirez tidak dulu dieksekusi. Dia meninggal gara-gara komplikasi limfoma Sel B pada tahun 2013 sesudah menghabiskan 23 tahun di hukuman mati.
Penjara sudah jadi tempat tinggal bagi sebagian penjahat paling populer di dunia, tetapi tidak tersedia yang dulu melayani sepanjang pembunuh terpidana Douglas Ray Stankewitz.
Dia sudah tinggal di penjara sepanjang lebih dari 43 tahun di sel kecil, dihukum gara-gara penculikan dan pembunuhan seorang wanita muda bernama Theresa Greybeal pada 1978.
Stankewitz tiba-tiba menembak gadis berusia 21 tahun di kepala sesudah dia dan teman-temannya mengambil mobilnya dan mengantarnya sebagai tawanan.
Dia sudah mengaku tidak bersalah sepanjang masa hukumannya. Eksekusi terakhir terjadi pada 2006.
Clarence Ray Allen, 76, kehilangan penglihatannya dan perlu duduk di kursi roda kala penjaga mempersiapkannya untuk gabungan obat yang mematikan.
Mereka menahan tangan dan kakinya ke meja sebelum memberinya suntikan fatal.
Clarence, yang sudah merintis hukuman seumur hidup untuk satu pembunuhan, dihukum kembali gara-gara mengatur pembunuhan tiga orang kembali dari dalam penjara.
Dia menghabiskan 23 tahun di San Quentin. Pada April 1967, pembunuh polisi terhukum Aaron Mitchell menyayat lengan bawahnya dengan sepotong logam dan membuka kembali lukanya tepat sebelum eksekusi, membuktikan bahwa darahnya adalah darah Yesus Kristus.
Dia mengolesi darah di telapak tangannya dan berdiri telanjang dalam pose penyaliban, menyebutkan dia “akan menyelamatkan dunia”.
Kemudian, 25 tahun kemudian, Robert Alton Harris dieksekusi dengan gas beracun di tempat yang dijuluki “rumah asap”.
Dia sudah membunuh dua anak laki-laki San Diego berusia 16 tahun sesudah merampok bank, menyebutkan kepada mereka untuk “berhenti menangis dan mati layaknya laki-laki” sebelum menjentikkan daging mereka dari senjatanya.
Namun pembunuh terbesar di dalam tembok penjara bukanlah seorang pria. Selama pandemi Covid-19, setidaknya selusin terpidana mati meninggal gara-gara virus. Jumlah ini lebih banyak dari kematian yang ditunaikan negara itu dalam waktu kurang lebih 30 tahun.