Kasus Selfie Maut yang Mencuri Nyawa

Kasus Selfie Maut yang Mencuri Nyawa

Kasus
Kasus Selfie Maut yang Mencuri Nyawa

dunialain.xyz – HASRAT menunjukkan diri di keadaan beresiko dengan selfie, menelan korban tewas lebih banyak ketimbang yang terbunuh oleh serangan ikan hiu.

Tahun 2015 ini di Rusia sejumlah orang tewas karena selfie, atau mengambil alih foto diri sendiri, biasanya dengan telefon pintar, di dalam keadaan atau lokasi berbahaya.

Di pegunungan Ural, Rusia misalnya, dua orang tewas kala berpose untuk foto sambil menarik pin sebuah granat, yang lantas meledak.

Juni lalu, seorang lulusan Universitas tewas terjatuh dari jembatan Moskow, sehabis coba ber-selfiedengan bergelantungan di jembatan itu.

Lebih baru lagi, seorang pemuda 17 th. jatuh dari atap dan tewas, di dalam upayanya mengambil alih foto untuk mengisi akun Instagram. Ternyata, ia sudah beberapa kali berpose di atap rumah yang tinggi di kota Vologda.

Tapi tentu saja kecelakaan fatal akibat selfie bukan dominasi Rusia.

Di Amerika Serikat, seorang Laki-laki tewas sehabis berpose selfie dengan mengarahkan pistol ke lehernya, yang lantas meledak.

Setidaknya sudah 12 orang tewas th. ini karena berfoto untuk selfie, angka kematian yang lebih tinggi ketimbang akibat serangan hiu, yang hanya mencatat delapan kematian, menurut website Mashable.

Statistik ini merupakan gangguan yang memusingkan bagi banyak pemerintah.

Bulan Agustus lalu, pengelola Waterton Canyon di Colorado terpaksa menutup taman nasional itu sehabis sejumlah orang kepergok berada benar-benar dekat dengan binatang-binatang buas untuk berpose selfie.

“Kami memandang orang-orang pakai tongkat selfie, dan berupaya sedekat barangkali dengan beruang, sering kadang hanya di dalam jarak 3 meter,” kata manajer rekreasi taman itu, Brandon Ransom di dalam sebuah blog.

Di Yellowstone National Park, sudah lima kali perihal pembuat foto selfie ditanduk bison.

Terkait tingginya angka kematian akibat selfie ini, di Rusia, kementerian di dalam negeri sampai meluncurkan kampanye spesifik untuk memperingatkan, “memotret diri sendiri dapat membahayakan jiwa Anda.”

“Selfie dengan senjata dapat membunuh,” bunyi kata-kata di brosur kampanye itu. Poster kampanye itu dilengkapi daftar tempat yang beresiko untuk selfie.

Kemasyhuran 15 menit

Mengapa begitu banyak orang menempuh risiko untuk suatu selfie?

Mungkin urusannya soal nyali, pikir Lee Thompson, yang foto selfie-nya di puncak patung Kristus Penebus di Rio de Janiero, jadi viral, Juni 2014.

“Orang memandang fot seperti yang saya laksanakan beredar cepat ke semua dunia, lantas mereka memandang sebuah langkah untuk membawa dampak diri mereka tersohor untuk sepanjang 15 menit,” katanya kepada BBC.

Thompson adalah seorang fotografer, yang menyebut bahwa foto itu dibikin untuk publikasi bagi biro wisata yang dikelolanya. Dan dikatakannya, pengambilan foto itu dilakukannya dengan izin, dan dijalankan dengan aman.

“Saya bukan seorang pembuat selfie berantai,” katanya bermain dengan istilah “pembunuh berantai.”

“Foto itu sekadar untuk mempromosikan bisnis saya. dan itu foto yang saya paham harus dijalankan karena orang bahagia dengan selfie,” katanya kepada BBC.

Tapi katanya, ia risau bahwa terlihat tren selfie yang makin beresiko dan di luar kendali.

“Kreatiflah, namun jangan bahayakan hidup kita” katanya.

Tetapi keinginan untuk selfie yang berbahyaa tak berkurang, terhitung keinginan untuk menyaksikan atau melihatnya. Sebuah video dii Youtube yang disebut “25 selfie paling berbahaya,” sudah ditonton lebih dar 20 juta kali.

Isinya antara lain, selfie seorang Laki-laki kala dikejar banteng, seorang berpose dengan singa, berfoto di depan kereta yang melaju, dan seorang ibu berpose dengan anak balita kala mengendarai mobil.

Foto selfie James Kingston bergelantungan pada sebuah derek di sebuah gedung tinggi, duduki posisi ketiga di video itu.

Namun sejumlah foto orang dengan hiu, ternyata terbukti palsu.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours