Pekerjaan 5 Pembunuh Berantai Ternama Dunia

Pekerjaan 5 Pembunuh Berantai Ternama Dunia

Pekerjaan
Pekerjaan 5 Pembunuh Berantai Ternama Dunia

dunialain.xyz – Tak dulu ada yang mengira kalau Vedy Idham Henyansyah atau yang lebih dikenal bersama dengan panggilan Ryan ‘Jombang’, merupakan seorang pembunuh 11 orang.

Di balik sikapnya yang kalem, tenang, dan kelihatan ‘normal’, tak disangka bahwa Ryan tega laksanakan aksi nahas tersebut. Sejumlah pihak, mulai dari penduduk awam sampai penyelidik kepolisian, menduga kuat bahwa Vedy dengan kata lain Ryan punya problem psikologis sebagai sebab-musabab masalah pembunuhan berantainya.

Sebuah artikel ilmiah Kriminologi mengonfirmasi hal tersebut. Artikel ilmiah itu berjudul Serial Murder, Trends & Issues in Crime plus Criminal Justice yang ditulis oleh Susan Pinto dan Paul R. Wilson yang dipublikasikan oleh Australian Institute of Criminology.

Naskah berikut juga menyebut bahwa, meski karakteristik pembunuh berantai terlalu beragam, namun ada sejumlah pola mirip dari masing-masing pelaku.

Pola mirip berikut –menurut Pinto & Wilson– keliru satunya adalah, muncul layaknya individu yang ‘normal’ bersama dengan pekerjaan yang jelas, berasal dari kalangan sosial – ekonomi menengah, dan apalagi ada yang punya standing terhormat di kalangan komunitasnya.

Ryan, di samping kesibukannya sebagai pegelut belantara dunia sosialita Jakarta, ternyata, seorang jagal pembunuh 11 nyawa. Di Skotlandia, kondang Dennis Nilsen –pembunuh 12 – 15 orang di pada 1978 – 1983– yang dulu bekerja sebagai polisi.

Seperti yang dijelaskan oleh Pinto & Wilson, di balik balutan ‘normal’ tersebut, para pelaku pembunuh berantai menyimpan sejumlah masalah beragam, mulai dari problem psikologis, masalah sosial – ekonomi, atau apalagi dulu menjadi korban kejahatan. Permasalahan itu, punya peran berarti sebagai sebab-musabab pelaku pembunuhan berantai laksanakan aksinya.

Dari bermacam macam kasus, berikut pekerjaan 5 pembunuh berantai ternama di dunia, layaknya yang dirangkum oleh Liputan6.com dari Thelistverse.com, Jumat (16/6/2017).

1. Fred West, Penjual Es Krim Keliling

Bekerja sebagai penjaja es krim keliling di Inggris, tak dinyana Fred West bersama dengan istrinya, Rosemary West, membunuh sekitar 12 remaja perempuan berusia 15 sampai 21 tahun. Aksinya dilaksanakan di dalam rentang pas 1967 sampai 1987.

Pakar menilai bahwa pasutri West laksanakan tindakannya didasari atas motif dorongan ganda, yaitu problem psikis dan tingkah laku seksual menyimpang.

Sekitar 8 dari 12 korban dilecehkan secara seksual dan dijerumuskan di dalam dunia prostitusi. Bahkan pasutri West juga melakukan tindakan sebagai muncikari ke-8 korban itu.

Setelah selesai laksanakan kegiatan prostitusi itu, ke-12 remaja itu kemudian dibunuh. Anak Fred dan Rosemary, Anne Marie West, ikut menjadi korban pembunuhan pas masih berusia 8 tahun.

2. John Wayne Gacy, Badut Pesta

John Wayne Gacy dengan kata lain ‘Pogo the Clown’ biasa menyibukkan diri bekerja sebagai badut dan tampil di sejumlah pesta anak-anak di Cook County, Chicago, Illinois, Amerika Serikat.

Bahkan ia kerap laksanakan performanya amal tanpa terima upah di sebagian acara maupun pesta anak-anak.

Sekilas, tingkah laku Gacy yang gemar menghibur anak-anak muncul mulia. Akan tetapi, tingkah laku terpujinya itu cuma kedok, ‘Pogo the Clown’ punya tendensi pedofilia. Perilaku seksual menyimpang Gacy diduga disebabkan dikarenakan semasa kecil, dirinya dulu menjadi korban pelecehan seksual.

Gacy bersama dengan kejam laksanakan pembunuhan, penyiksaan, dan pelecehan seksual terhadap 33 orang di dalam rentang tahun 1972 – 1978. Korbannya merupakan anak dan remaja laki-laki, berusia 14 sampai 21 tahun.

3. Dennis Nilsen, Polisi

Sebagai seorang mantan Polisi dan petugas keamanan, London Utara, tak ada yang mengira bahwa Dennis Nilsen punya tendensi sebagai seorang pembunuh berantai.

Selama rentang tahun 1978 sampai 1983, Dennis Nilsen membunuh 12 orang di dalam rentang tahun 1978 – 1983. Sebagian besar korbannya adalah laki-laki berusia remaja.

Di daratan Britania Raya, ia dikenal bersama dengan julukan Muswell Hill Murderer, Kindly Killer, atau British Jeffrey Duhmer.

4. Andrei Chikatilo, Guru

Andrei Chikatilo dari Uni Soviet dilaporkan mebunuh 50 orang. Sebagian besar korbannya adalah remaja perempuan dan tersebar di sejumlah wilayah, layaknya Rusia Uni Soviet, Ukraina Uni Soviet, dan Uzbekistan Uni Soviet.

Chikatilo diduga dulu menjadi korban bullying semasa anak-anak sampai remaja. Tak cuma itu, ia dilaporkan punya disfungsi seksual. Kedua hal itu, menurut penilaian pakar, merupakan sebab-musabab aksi pembunuhan berantainya.

Aksi kejahatan Chikatilo sempat bermula pas dirinya menjadi guru. Menurut laporan sejumlah pihak, ia laksanakan pelecehan seksual kepada seorang siswi 15 tahun pas Chikatilo mengajar mata pelajaran Sastra Rusia.

Muncul laporan jelek mengenai performanya sebagai guru, Chikatilo dipaksa untuk mengundurkan diri, sebelum akan akhirnya menetap di Rostov, Rusia Uni Soviet, dan menjadi pembunuh berantai di sana.

Ia dijuluki sebagai ‘The Butcher of Rostov’, dikarenakan sebagian besar korbannya berasal dari kota tersebut.

5. Harold Shipman, Dokter

Ia adalah pembunuh berantai yang berwujud paradoks, mengingat keliru satu gambaran pekerjaan di dalam kariernya sebagai dokter adalah untuk menyelamatkan nyawa.

Namun tak dinyana, Shipman dilaporkan membunuh lebih dari 200 – 250 pasien pas bekerja sebagai General Practitioner (dokter umum) di Inggris di dalam rentang tahun 1998 – 2000. Korban diduga disuntik menggunakan dosis mematikan diamorfin, senyawa varian dari heroin.

Sebagian besar korban adalah individu lanjut umur yang butuh perawatan medis.

Tindakannya sempat tak terdeteksi. Hingga keliru satu anak dari korban tewas menemukan surat wasiat yang memuat dugaan perihal tindakan Shipman.

Penyelidikan pun dilaksanakan oleh kepolisian Inggris. Pemerintah ikut membentuk satuan tugas khusus investigasi terpisah bernama Shipman Inqury.

Pengadilan Inggris menentukan bahwa Shipman terbukti membunuh 15 orang. Akan tetapi, Shipman Inquiry melaporkan membunuh sekitar 200 sampai 250 orang.

Pada 31 Januari 2000, Shipman divonis penjara seumur hidup. Sang dokter terus tunjukkan dirinya tidak bersalah, sampai akhirnya ia laksanakan bunuh diri di sel penjara terhadap 13 Januari 2004.

Menurut spekulasi media Irlandia Irishtimes, motif Shipman laksanakan aksinya dikarenakan dugaan ‘adiktif membunuh’. Namun, sampai kini, motif sebenarnya tindakan Shipman masih misteri.

You May Also Like

More From Author